Kebaikan Di Balik #dirumahaja Selama Ramadhan
ALKHAMDULILLAH kita masih dipertemukan kembali dengan bulan suci ramadhan. Ramadhan kali ini sangat terasa berbeda tidak seperti
ramadhan tahun-tahun lalu; tidak ada jamaah shalat tarawih di masjid dan surau,
tidak ada suara tadarus di masjid-masjid, tidak ada suara kelompok pembangun
sahur keliling kampung, tidak bisa berbuka puasa dengan keluarga dan saudara,
tidak bisa nyekar, dan tidak bisa mudik. Pandemik covid-19 yang melanda hampir
seluruh negara di dunia termasuk Indonesia mengharuskan kita semua
melakukan physical distancing guna menekan angka penyebaran
covid-19. Semua kegiatan dilakukan dari rumah mulai dari belajar dirumah,
bekerja dari rumah dan beribadah dirumah. Meskipun ramadhan
tahun ini tak dapat melakukan ibadah bersama-sama ditempat ibadah, tentu tidak
mengurangi kita untuk menambah ibadah selama bulan ramadhan yang dilakukan
#dirumahaja. Jadi, meskipun saat ini semua kegiatan dipusatkan dirumah, hal
tersebut tidak boleh mengurangi semangat dan tekad kita untuk memanfaatkan
sebaik-baiknya bulan ramadhan bagi peningkatan ibadah kita sendiri.
Puasa Ramadhan
Puasa ramadhan merupakan perintah langsung dari Allah SWT untuk berpuasa menahan lapar, haus, serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa lainnya di bulan ramadhan. Perintah untuk menjalankan ibadah puasa
Ramadhan tercantum dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.".
Sebagaimana ayat diatas telah dijelaskan bahwa melaksanakan puasa Ramadhan adalah
wajib hukumnya dan sebagai seorang muslim yang telah memenuhi
syarat diwajibkan berpuasa yang merupakan
salah satu dari rukun Islam yang wajib ditunaikan.
Syarat wajib puasa ramadhan
Adapun syarat wajib puasa antara
lain:
1. Seorang muslim/muslimah.
2. Baligh.
3. Memiliki
akal yang sempurna atau tidak gila, baik gila karena cacat mental atau gila
disebabkan mabuk.
4.
Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
5.
Mengetahui awalan bulan ramadhan
Rukun Puasa
Rukun puasa ramadhan antara lain :
1.
Niat
Niat puasa
Ramadhan merupakan pekerjaan ibadah yang diucapkan dalam hati dengan
persyaratan dilakukan pada malam hari dan wajib menjelaskan kefardhuannya
didalam niat tersebut, contoh; saya berniat untuk melakukan puasa fardlu bulan
Ramadhan, atau lengkapnya dalam bahasa Arab, sebagai berikut:
نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ
“Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan keajiban
bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah Ta'ala semata.”
Sedangkan dalil yang menjelaskan niat puasa Ramadhan
dilakukan pada malam hari adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam sebagai berikut:
مَنْ لَمْ يَجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
“Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum
waktu hajar, maka ia tidak berpuasa,” (Hadits Shahih riwayat Abu Daud: 2098,
al-Tirmidz: 662, dan al-Nasa’i: 2293).
2. Menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Sebagaimana firman Allah
SWT yang artinya :
“…maka sekarang campurilah, dan carilah apa yang telah
ditetapkan oleh Allah untukmu, serta makan dan minumlah sampai waktu fajar tiba
dengan dapat membedakan antara benang putih dan hitam. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai waktu malam tiba...” (QS. al-Baqarah, 2: 187).
Kali ini saya mau berbagi sedikit tentang #CeritakuDariRumah saat menjalani ramadhan ditengah pandemik covid 19. Hal-hal kecil yang saya dan keluarga lakukan ini semoga dapat menginspirasi.
Saling
Berbagi
Ketika kita mendengar kata “berbagi”
yang ada dalam pikiran kita adalah memberi dalam bentuk materiil. Akan tetapi,
berbagi tidak hanya tentang materiil saja. Berbagi bisa berupa tenaga, pikiran,
senyuman, dan do’a karena pada
hakikatnya berbagi itu merupakan kegiatan membantu orang yang akan menghasilkan
kebaikan dan kemudahan bagi orang lain.
Seperti halnya hadits
Rasulullah SAW yang sangat familiar di kalangan kaum muslim bahwa Rasulullah
Saw bersabda :
“Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah,….”
(HR Tirmizi dan
Abu Dzar).
Berbagi bukan tentang
apapun dan berapapun yang kita beri, Allah senantiasa melihat keikhlasan
dan niat bukan sekedar besarnya.
Bulan istimewa yang penuh berkah ini
saya dan keluarga mendapatkan banyak pelajaran berharga. Sesulit apapun keadaan
kita saat ini dan dalam keadaan tidak
berdayapun (keadaan sesempit apapun) saya tetap ingin berbagi sebagai wujud
syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena rakhman dan rakhimNya
senantiasa membersamai kita semua dimanapun berada dan kita masih diberikan
nikmat sehat.
Semua #CukupDariRumah saya, suami dan si
kecil pun berbagi dalam bentuk dan caranya masing-masing. Suami saya
bersama dengan saudara dan rekan-rekan komunitasnya memberikan bantuan masker.
Masker yang di dapatkan dari kiriman teman-teman di luar daerah yang telah
berdonasi langsung di alokasikan ke masjid-masjid di sekitar tempat
tinggal kami. Sedangkan si kecil, selama dirumah saja dia bisa berbagi dengan
hewan kesayangannya. Dengan memberi makan dan minum kepada kucing, dia belajar
tentang arti sebuah kebaikan bahwa baik tidak harus dengan sesama manusia saja,
namun dengan makhluk Allah yang lain. Sedari dini saya mengajarkan tentang
berbagi dalam hal sekecil apapun kepada anak saya agar dia senang dan
bersahabat dengan "kebaikan berbagi" hingga dewasa nanti. Berbeda
lagi dengan saya, saya lebih sering memberikan makanan untuk saudara paling
dekat yaitu tetangga.
Saat ini diluar sana banyak orang yang
lebih memprihatinkan dalam menjalani masa sulit ditengah pandemik. Islam
mengajarkan kita untuk saling peduli dan tolong-menolong. Kepedulian antara
satu sama lain akan menumbuhkan sikap empati untuk berbagi, terutama kepada
orang-orang yang lebih membutuhkan. Mulai dari hal kecil, mulai dari yang
terdekat dan dimulai dari niat. Apapun yang kita berikan tidak akan membuat
kita rugi. Segala kebaikan akan Allah balas dengan kebaikan pula karena Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya, namun semua
tergantung dari niat. Tugas kita hanya baik saja, soal ganjaran apa yang kita dapat
kita pasrahkan dan serahkan kepada Allah Ta’ala.
Beribadah
di rumah
Ramadhan kali ini
memang sangat berbeda dari ramadhan sebelum-sebelumnya karena adanya covid-19.
Maka dari itu, sesuai Fatwa MUI nomor 14 tahun 2020 dan surat edaran
Kemenag, sholat harus dilakukan di rumah untuk menekan jumlah kasus covid-19.
Beribadah di rumah harusnya tidak
membuat ibadah kita menjadi kendor. Akan tetapi, justru membuat kita lebih
dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan lebih giat beribadah. Apalagi mengingat sebelum adanya covid 19 masuk ke
Indonesia, sudah pasti kita jarang berkumpul dengan keluarga dirumah bahkan
shalat berjamaah lima waktu dirumah. Dengan begitu, rumah diharapkan tidak hanya menjadi tempat
beristirahat dan berteduh saja, namun rumah menjadi tempat berbuat kebaikan
bagi para penghuninya dan sebagai sarana beribadah dengan penuh cinta kasih.
Rumah menjadi pusat kegiatan beribadah selama ramadhan dan pandemic belum
berakhir mulai dari shalat, shalat tarawih, tadarus al qu’ran, dan ibadah
lainnya.
Tetap harus disyukuri
ramadhan kali ini kita jauh lebih punya banyak waktu untuk beribadah kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bulan ramadhan tetaplah bulan istimewa yang mana
amalan/kebaikan sekecil apapun selama ramadhan dilipat gandakan pahalanya oleh
Allah Subhanahu Wa Ta’ala terlepas dari keadaan kita saat ini yang sedang
melakukan physical distancing. Untuk itu, kita tetap harus
berlomba-lomba dalam mengejar keuatamaan ramadhan dari rumah.
Melekatkan
Yang Dekat, Mendekatkan Yang Jauh
Terlepas dari dampak covid yang membuat beberapa orang
menjadi panik, lagi-lagi saya masih merasa bersyukur karena saya masih harus
tetap bersyukur karena saya menjadi mempunyai waktu 24 jam untuk bersama-sama
dengan anak dan suami saya. Saya bisa membangun bonding time dengan
si kecil tanpa jeda, bisa melakukan kegiatan bersama-sama dirumah, menghabiskan
waktu dirumah tanpa batas waktu dari pagi sampai pagi lagi.
Tidak hanya itu saja, setiap hari saya selalu menyempatkan
untuk bersilaturahmi melalui saluran telephone serta aplikasi media
social dengan orangtua, saudara dan keluarga dimanapun berada. Kami
ingin terus memastikan bahwa kami baik-baik saja dan terus memberikan
kepedulian satu sama lain meski berjauhan. Mengingat tahun ini saya dan
keluarga kecil saya tidak bisa mudik saat lebaran nanti. Berat rasanya, tapi
tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali menunda mudik.
Menunda mudik lebaran tentunya karena masih dalam suasanan
keprihatinan pandemik covid-19. Tidak mudik bukan berarti tidak sayang
orang tua dan keluarga di kampung. Justru sebaliknya, menahan tidak mudik
adalah bentuk sayang terhadap orangtua dan keluarga di kampung halaman. Rindu ditahan, pun pelukan. Raga tak dapat menyatu. Do'a selalu disebut dalam rindu. Jarak bukanlah pemisah, namun jarak itu mendekatkan. Walau silaturahmi tersambung dalam genggaman virtual. Tak apa,
asal silaturahmi ini lancar dan semuanya dalam keadaan sehat wal 'afiat, saya
bahagia. Semoga pandemik covid-19 segera berakhir agar bisa cepat berkumpul dengan keluarga tercinta. Aamiin.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog
Competition “Ceritaku Dari Rumah” yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual
Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan”
wah ikutan lomba blog Dompet Dhuafa juga nih, semangat kak...
BalasHapussaya juga ikutan, barangkali berkenan mampir ke tulisan saya kak:
Berbuat Baik Bisa dari Rumah #CeritakuDariRumah
iya, hehe... trimakasih sudah mampir ya.
Hapushal yang sering terlupa, kebaikan kecil dari rumah, memberi makanan ke hewan yang membutuhkan makasih sdh diingatkan kak
BalasHapussama-sama, saling mengingatkan dalam kebaikan ya :)
Hapus