Memintal Harapan Untuk Bumi Di Masa Depan
Memintal Harapan Untuk Bumi Di Masa Depan |
Aku terlahir sebagai ANGGUN alias Anak Nggunung (Anak Gunung) karena tempat kelahiranku adalah sebuah desa di dataran pegunungan yaitu Desa Paninggaran. Desaku merupakan salah satu desa di Kabupaten Pekalongan yang berbatasan langsung dengan kabupaten Banjarnegara. Setiap hari aku terbiasa hidup dengan udara yang sejuk dibalut pemandangan eksotis pegunungan yang memesona.
Sejak
tahun 2008 sampai sekarang aku merantau ke ibukota. Waktu awal pindah ke
ibukota, sebagai anak gunung aku merasakan sumuk
alias gerah. Maklum saja karena iklim dan cuaca di ibukota sudah pasti
berbeda dengan desa tempat tinggalku sebelumnya. Pernah suatu ketika karena cuaca sedang panas dan
lingkungan yang bersuhu lembap, anakku yang waktu itu baru berusia 6 bulan
mengalami biang keringat di seluruh tubuhnya.
Akhir-akhir ini iklim
dan cuaca di Jakarta sedang tidak menentu. Kadang panas banget
lalu turun hujan. Atau bahkan sebaliknya, mendung
tanpo udan (bukan judul lagu hehe) lalu tiba-tiba panas banget. Sering terbesit dalam
benakku kalau kita sedang di bikin galau sama perubahan iklim, padahal sadar
nggak sadar ulah kita sendiri yang membuat iklim jadi berubah galau gulana.
Kenapa harus mengajarkan anak tentang perubahan iklim ?
Pemprov DKI sampai saat ini tengah gencar dalam
mengupayakan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berdampak
langsung pada lingkungan. GRK sendiri menurut Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi merupakan
gas-gas di atmosfer yang dapat menimbulkan perubahan dalam keseimbangan
radiasi sehingga memengaruhi suhu atmosfer bumi. Dinamakan GRK sendiri karena
kemampuannya dalam menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang panjang
yang bersifat panas seperti yang dilakukan oleh kaca, sehingga menimbulkan efek
pemanasan yang disebut efek rumah kaca (ERK).
Sumber emisi gas rumah kaca banyak kita jumpai di sekeliling kita, contohnya
penggunaan energi listrik yang berlebihan, polusi udara yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor, kegiatan membakar sampah, pupuk kimia yang digunakan
pada petani, dan limbah makanan dari sisa makanan. Adapun dampak dari gas rumah
kaca yang berlebihan antara lain:
1.
Naiknya ketinggian permukaan
air laut
2.
Mencairnya es di kutub
3.
Rusaknya ekosistem di bumi
4.
Perubahan iklim
Sebenernya
ngeri banget kalau membayangkan dampak dari penggunaan emisi gas rumah
kaca yang berlebihan. Sering kepikiran, gimana ya keadaan bumi dalam 5 atau 10
tahun kemudian? Gimana jadinya kalau kita tetep mager untuk mengajak anak melakukan sesuatu untuk bumi kita
tercinta ini?.
Mengulik google soal gerakan cinta lingkungan, aku terinspirasi pada aktivis
lingkungan remaja berusia 18 tahun bernama Greta Thunberg yang berasal dari Swedia mengkampanyekan berbagai isu
mengenai pemanasan global dan perubahan iklim melalui gerakan Fridays For
Future. Thunberg, seorang remaja perempuan yang
mampu membangkitkan kesadaran anak-anak muda lain di seluruh dunia. Sosoknya
juga membuktikan bahwa tak perlu menunggu tua dulu untuk memberikan manfaat untuk
dunia. Melihat kiprah Thunberg, aku percaya bahwa anak-anak juga mampu
membuat perubahan. Aku mulai mengajarkan pada anakku yang berusia 4 tahun untuk
melek akan lingkungan dan
bersama-sama melakukan hal sederhana untuk mitigasi perubahan iklim.
Bumi yang lestari tidak terjadi begitu saja. Sebagai tempat tinggal semua
makhluk hidup, bumi yang didalamnya termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan harus kita jaga kelestariannya karena apabila lingkungan rusak atau bahkan tidak
ada maka manusia dan makhluk hidup lainnya juga tidak dapat bertahan hidup. Kesadaran
akan perubahan iklim harus dipupuk sejak dini agar dampak dari gas rumah kaca tidak
akan terjadi di masa depan.
Tips
Sederhana Menumbuhkan Minat Anak Melakukan Mitigasi Perubahan Iklim
Beberapa Tips Sederhana Menumbuhkan Minat Anak Melakukan Mitigasi Perubahan Iklim |
Di era kebiasaan baru banyak hal yang bisa
dilakukan untuk bumi tercinta meskipun hanya dirumah saja. Sejak awal pandemi,
aku punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal di rumah. Salah satunya adalah melakukan kembali hobi lamaku yang sudah lama tidak pernah aku kerjakan yaitu berkebun dan crafting. Setelah hibernasi cukup lama, sekarang aku tidak
melakukan hobiku sendirian lagi. Kuajak anakku untuk turut serta bersama-sama berkegiatan
melakukan hobi dirumah sembari menumbuhkan minat anak bijak berenergi untuk
mitigasi perubahan iklim.
Berikut ini adalah beberapa tips sederhana
untuk menumbuhkan minat anak melakukan mitigasi perubahan iklim lewat hobi yang
mudah dipraktekkan :
1. Membangun
komunikasikan dengan anak
Hal terpenting sebelum mengajak anak untuk
melalukan mitigasi perubahan iklim secara sederhana adalah mengajak komunikasi
terlebih dahulu. Menjelaskan dengan komunikasi dua arah tentunya agar anak juga
turut aktif.
Ngomong-ngomong soal
komunikasi, jangan Cuma komunikasi sekali aja terus berharap anak langsung
paham. Bangun komunikasi sesering mungkin agar terjalin bonding antara
orangtua dan anak. Kalau bonding sudah terjalin, anak-anak
akan lebih paham apa yang kita bicarakan kepada mereka.
2. Orangtua menjadi
contoh dan panutan
Anak sedang mengamati orangtua berkebun |
Orang tua adalah contoh bagi anak-anaknya, setuju nggak sih ? Apa yang orangtua lakukan kemungkinan besar di duplicate oleh anak. Anakku terbiasa melihat apa yang aku lakukan sehari-hari karena orangtua adalah contoh dan panutan bagi anaknya. Minat dan inspirasi anak akan muncul dari apa yang mereka lihat sehari-hari.Kita nggak mau kan pas kita minta anak buang sampah di tempatnya tapi anak balik jawab “Nggak mau, Embu sama Paknda aja buang sampah sembarangan kok” . Duh, pasti malu banget ya. Gimana anak mau ngerjain apa yang kita minta kalau kita sendiri nggak pernah kasih contoh dulu. Memberikan contoh nyata bahwa kita sebagai orangtua juga mencintai lingkungan lewat kegiatan membuang sampah pada tempatnya, penghijauan lingkungan, menggunakan kembali barang bekas. Hal ini dapat mendorong anak untuk melakukan hal yang sama.
Sebagai orangtua kita pasti
menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya tapi masih ada sebagian orang tua
yang masih enggan memberikan contoh baik pada anak-anaknya. Padahal anak adalah
peniru ulung. Apa yang orangtuanya lakukan itulah yang akan mereka lakukan.
Bahasa lainnya, anak adalah cerminan orangtuanya. Jadi, mulai ubah
kebiasaan-kebiasaan baik agar anak mulai mengikuti kebiasan-kebiasaan baik
juga. Akan percuma, meskipun kita berteriak-teriak meminta anak
mencintai lingkungan tetapi perilaku kita sendiri tidak.
3. Mengajak anak berkebun di halaman rumah
Beberapa kegiatan anak saat berkebun di halaman rumah |
Kegiatan berkebun tidak hanya sebagai
kegiatan mengisi waktu luang dan menghilangkan stress saja. Kegiatan ini
menjadi salah satu langkah untuk memperkenalkan cinta lingkungan pada anak.
Saat tanaman yang kita tanam
berbunga atau berbuah, jelaskan bahwa anak sudah berkontribusi dan diharapkan
berkelanjutan. Berikan apresiasi dan jelaskan kepada anak tentang manfaat dari
berkebun di halaman rumah, antara lain:
1. Rumah menjadi asri dan indah
2. Udara di rumah menjadi sejuk karena ada tambahan oksigen dari
tanaman yang kita tanam
3. Menghasilkan buah dan sayur sendiri tanpa membeli di warung/pasar
Dengan menjelaskan manfaat
dari berkebun, anak akan tergerak untuk terus melakukan kegiatan berkebun.
4. Mengajak anak hemat
air dan listrik
Membuat bak air digunakan untuk wudhu dan mencuci tangan |
"Pasti bumi gelap ya Embu" jawab anakku
"Terus kita kehausan dong soalnya nggak ada air"
sambungnya lagi.
"Betul banget, Nak. Makanya, kita harus
hemat listrik dan air biar Mas Abdad tetep bisa menikmati listrik dan air nya
sampai gede"
"Okay, Embu" pungkas anakku.
Kebayang nggak sih kalau hidup
di era kebiasaan baru yang semuanya banyak memakai digital tapi energi habis
bahkan tidak ada. Listrik padam sebentar aja udah kalang kabut: air mati,
keadaan rumah jadi gelap, tidak bisa menonton acara televisi, pendingin ruangan
mati. Padahal matinya cuma sebentar, apalagi kalo lama dan bahkan nggak nyala
lagi listriknya. Anak-anak juga udah bisa bayangin gimana rasanya kalo mati
listrik.
Kita bisa menggunakan imajinasi untuk menjelaskan
kepada anak tentang alasan untuk menghemat penggunaan listrik demi bumi
tercinta dan bahayanya jika sumber energi lsitrik dan air habis dengan kalimat
yang mudah dimengerti anak, maka anak akan lebih termotivasi untuk melakukan
hemat energi. Ceritakan juga dampak yang akan terjadi pada anak jika dia ikut
terlibat dalam melakukan penghematan listrik. Yang perlu di garis bawahi
adalah bahwa kebiasaan menghemat listrik adalah sebuah proses, maka anak harus
terus dibiasakan disiplin dan diingatkan terus menerus.
Nah, berikut ini adalah beberapat cara yang sederhana untuk anak
belajar dalam menghemat listrik dan air:
1. mematikan listrik dan saluran air jika tidak
terpakai
2. Tidak buang-buang air
3. Tidak memakai gawai secara berlebihan
4. Matikan TV saat sudah selesai menonton
Kebiasaan-kebiasaan kecil dalam
penghematan listrik dan air sudah pasti akan mampu berdampak besar. Dengan
melatih si kecil untuk menghemat listrik dan air, sama saja dengan kita telah
ikut serta dalam menciptakan generasi masa depan yang hemat dan bijak energi.
5. Main ke Alam
Terbuka
Anak bermain di alam terbuka |
Sekarang, kayaknya udah jarang bahkan nggak pernah liat anak-anak
main di kebun. Anak-anak lebih banyak
menghabiskan waktu bermain di dalam ruangan daripada bermain di luar. Apalagi
yang tinggalnya di kota,anak-anak lebih memilih bermain di dalam rumah.
Sekalinya keluar, mainnya ke Mall.
Jujurly, karena aku sehari-hari berada di tempat kerja dan rumah,
jadi setiap weekend aku selalu mengajak anakku ke taman dekat
rumah. Aku bebaskan anakku lari-larian, mengumpulkan bunga atau daun kering,
dan mengeksplor banyak hal di taman. Sambil main sambil kita masukkan edukasi
tentang perubahan iklim kepada anak. Jelaskan secara singkat dengan bahasa yang
mudah dipahami si kecil bahwa pohon-pohon di alam terbuka menghasilkan banyak
oksigen untuk dimanfaatkan mahluk hidup yang tinggal di bumi. Kalau pohon-pohon
ditebang, oksigen akan menjadi berkurang dan mempengaruhi polulasi mahluk
hidup.
Kalau pulang kampung, aku mengajak anakku
ke ngalas (kebun) milik Kakeknya dan wisata alam. Kupakai
waktu dengan sebaik-baiknya untuk mengenalkan alam kepada anakku.
Tak kenal maka tak sayang, gimana anak mau
sayang sama alam kalau tidak pernah kenal dengan alam. Mengenalkan
alam kepada anak juga membuka matanya untuk melihat dunia dari sisi lain.
Kegiatan yang satu ini juga bertujuan untuk kembali menyadarkan anak untuk
menjaga bumi agar tetap asri dan lestari.
6. Melakukan 3 R melalui
mainan
Anak bermain dari barang daur ulang dirumah |
Alkhamdulillah, sisi
positif yang dapat aku ambil dari pandemi adalah bisa menghabiskan waktu
kembali melakukan hobi crafting. Hampir setiap hari aku membuatkan
anakku mainan dan prakarya dari barang-barang bekas yanga ada dirumah. Kardus
bekas, botol bekas, guguran daun, batang kering, dan bahan-bahan yang ada
dirumah sudah seperti harta karun bagiku.
Awalnya, anakku hanya melihatku membuat
prakarya untuknya. Tapi, lama-lama dia mulai memunculkan ide-ide mainan dari
dirinya sendiri. Dia pernah memintaku untuk membuatkan roket dari botol bekas
dan mainan garasi dari kardus bekas kotak susu. Ah, kalau sudah sefrekuensi
begini, aku makin giat buat mengumpulkan barang bekas dirumah. Anakku juga
begitu, sampai-sampai kalau ada kerikil-kerikil kecil dan daun di jalan
dipungut dibawa pulang, katanya buat bikin mainan.
Aku mengemas belajar lewat kegiatan bermain karena anak sangat fokus saat bermain. Begitupula aku mengajarkan anakku 3R (Reduce, Reuse, Recycle) melalui mainan. Akan lebih mudah mengajarkan anak tentang berbagai hal lewat kegiatan bermain. Tidak heran saat ini banyak orangtua yang memberikan fasilitas agar anak dapat bermain karena anak dapat belajar banyak hal saat bermain. Sekarang di media sosial juga banyak orangtua yang memberikan mainan-mainan daur ulang yang mudah dibuat dirumah. Jadi, para orangtua kini tidak perlu susah mencari inspirasi mainan daur ulang yang dapat dilakukan dirumah bersama anak.
Menumbuhkan minat anak untuk menerapkan 3R dalam kehidupannya kelak dan bijak berenergi tidak sulit kok kalau sudah dipraktekkan dan bukan sekedar angan-angan belaka. Kuncinya, kita perlu terus “membersamai” anak-anak lewat permainan dan kegiatannya agar anak merasa nyaman, tertarik dan mau melakukan kegiatan cinta lingkungan bukan sebagai paksaan melainkan suatu kebutuhan.
Beberapa tips kegiatan sederhana yang bisa dilakukan bersama anak diatas semoga dapat menjadi gerakan nyata mitigasi perubahan iklim. Tidak ada kata terlambat untuk memulai, sekaranglah waktunya kita sebagai orangtua berkontribusi dan memberikan edukasi kepada anak-anak kita untuk #MudaMudiBumi di masa depan dapat hidup lebih baik. Sudahkah kita melakukan #TimeforActionIndonesia #UntukmuBumiku ? Kalau bukan kita, siapa lagi?
Saya bersumpah untuk terus mengajarkan anak membuat mainan dari barang bekas dan mengajaknya mengenal lebih dekat pada alam agar lebih cinta pada alam dan lebih ingin menjaga alam demi masa depan.
Sumber Referensi:
https://www.beritasatu.com/megapolitan/678299/dki-terus-berupaya-kurangi-emisi-gas-rumah-kaca
https://dlhk.jogjaprov.go.id/mengenal-lebih-dekat-gas-rumah-kaca
https://maritim.go.id/emisi-gas-rumah-kaca-indonesia-turun/
https://ketik.unpad.ac.id/posts/1014/teladan-aktivis-lingkungan-muda-greta-thunberg
https://environment-indonesia.com/tips-mengajak-anak-cinta-lingkungan/
https://www.gramedia.com/literasi/perubahan-iklim-global/
Duuuh kalo inget perubahan iklim skr ini memang ngeriii mba. Ga kebayang dunia bakal sekering dan sepanas apa nanti ;(. Memang harus dari skr, kesadaran akan menjaga lingkungan itu hrs dibiasakan dan diberitahu ke anak2, supaya mereka ga semakin meneruskan kerusakan2nya. Mungkin cara kita masih yg simple, setidaknya adalah ya kontribusi untuk menjaga alam ini
BalasHapusAku sendiri ngajarin anak2 untuk ga menyisakan makanan. Apalagi rumah kami ga ada halaman. Sisa makanan ga bisa ditanam sebagai kompos. Jadi usahakan harus dihabiskan. Masak secukupnya. Utk peralatan listrik pun aku udh wanti2, tolong dipakai secukupnya. Jangan ngebiarin lampu atau tv nyala padahal ga dipakai. Mereka lama2 ngerti, walo belum konsisten. Memang hrs dari kitanya sih yg sounding trus2an :).
keren mbak, ngeri banget mbak kalo anak-anak ga diajarin dari dini
Hapus